Jombang - Adalah Dwijo Prayitno (43), guru pengajar IPS SMPN 1 Jombang
yang tinggal di Desa Mundurejo, Umbulsari itu akhirnya harus berurusan dengan
pihak kepolisian sektor (Polsek) Jombang atas tindak pidana pemukulan yang dia
lakukan saat pelajaran berlangsung pada Lusi Kristianingsih (16), siswi kelas 3
SMPN 1 Jombang kemarin, (15/9).
Karena dianggap meremehkan dan menghina, tiba-tiba seorang
guru lelaki menempeleng siswinya. Tak hanya itu, usai ditempeleng sang siswi
pun didorong hingga terhuyung hampir jatuh. Walau sang guru sudah minta maaf
kepada siswi dan keluarganya, namun kasus pemukulan yang menyisakan luka memar
di pipi sang siswi itu terus berkembang dan sampai ke meja polisi.
pemukulan oleh seorang guru pengajar IPS pada siswinya itu
terjadi pada Sabtu (15/9), saat jam pelajaran berlangsung, sekitar pukul 08.30
WIB. “Saat mengoreksi hasil tugas LKS (Lembar Kerja Siswa) dengan sistem silang
antar siswa.
Dari hasil koreksi silang antar siswa itu, hasil tugas LKS
Lusi Kristianingsih mendapat nilai 8,8. Entah berawal dari mana, tiba-tiba saja
Dwijo menemukan salah satu jawaban milik Lusi telah diganti dan terkesan
sengaja dibetulkan oleh siswa lain yang mengoreksi lembar tugas milik Lusi.
Atas dasar itulah, nilai Lusi yang sebelumnya 8,8 akhirnya dikurangi menjadi
8,4.
Padahal, sesuai pengakuan Lusi dan teman yang mengoreksi
hasil tugas LKS nya tersebut sudah menjelaskan bahwa pengantian itu dilakukan
bukan dari jawaban yang salah dan diganti dengan jawaban yang benar, namun
hanya secara ejaan yang salah. Nyatanya, Dwijo tetap pada pendiriannya, dan
menilai hal itu adalah sebuah kecurangan.
Lusi akhirnya cemberut karena protes kecilnya tersebut tak
bisa diterima gurunya, hingga nilainya tetap saja dikurangi. Namun lain bagi
Dwijo, perubahan sikap Lusi itu diartikan sebagai tindakan siswa yang menentang
dan berani kepadanya sebagai seorang guru. Al hasil, Lusi akhirnya
diperintahkan maju ke depan kelas untuk menulis hasil tugasnya tadi di papan
tulis.
Saat Lusi bermaksud membuka tutup spidol, ternyata tutup
spidol tersebut sulit dibuka hingga Lusi menggerutu. “Kok sulit sekali buka
tutup spidolnya,” kata sumber informasi mengutip pengakuan Lusi. Kata-kata
itulah yang mungkin diartikan oleh Dwijo sebagai kata penghinaan dan meremehkan
dirinya. “Tiba-tiba saja Pak Dwijo berdiri dan mendekati Lusi,” imbuh Sumber
informasi yang tak jauh berbeda dengan penyampaian Lusi dan beberapa temannya.
Pemukulan itupun terjadi tanpa ada yang menyangka
sebelumnya.
Dwijo mengakui kalau dirinya telah menempelang Lusi yang
disusul dengan mendorongnya. Saya telah melakukan kekhilafan dan terlalu
emosi,” katanya. Dwijo mengatakan kalau sudah datang ke rumah Lusi dan meminta
maaf kepada Lusi dan keluarganya dengan di antar guru yang lain.
Atas peristiwa itu, dengan diantar orang tuanya, Lusi siang
kemarin mendatangi Mapolsek Jombang guna melaporkan aksi pemukulan yang
dilakukan gurunya. Setelah pelapor dimintai keterangan, juga adanya beberapa
bukti lain yang menguatkan, kasus ini akhirnya menjadi kewenangan penuh pihak
kepolisian sektor Jombang untuk menindak lanjutinya. Dan orang tua Lusi
berharap permasalahan ini terus berlanjut sesuai prosedur hukum yang berlaku.
sumber : warta jember