Tulungagung - Rizal, terduga teroris yang tewas dalam penyergapan Densus 88 Mabes Polri di Jalan Raya Pahlawan, Tulungagung, Senin (22/7/2013) pukul 08.45 WIB kemarin, mulai tinggal di Desa Penjor, Kecamatan Pagerwojo, Kabupaten Tulungagung, sejak tiga bulan lalu.
Pria yang disebut polisi buron kasus teror di Poso, Sulawesi Utara itu mengaku, berasal dari Gunung Kidul, Yogyakarta, Jawa Tengah. Rizal tidak berterus terang alamat aslinya dari Medan, Sumatera Utara.
Menurut keterangan Yari (42) warga Desa Penjor, Rizal datang sebagai seorang ustad. Seperti, para ustad pendatang sebelum-sebelumnya, Rizal kemudian diijinkan tinggal di salah satu ruang Madrasah Aisyah, gandeng dengan TK dan PAUD Aisyah Penjor.
"Di desa kami memang sering kedatangan ustad. Seperti sebelumnya mas Amar. Mas Amar tinggal disini sangat lama, sampai 5 tahun. Namun, beliau sudah meninggal dunia. Setelah itu lama tidak ada ustad yang kemari, sampai akhirnya datang Rizal," ujar Yari, Selasa (23/7/2013).
Selama berada di Desa Penjor Rizal mengajar anak-anak desa membaca Al Quran, sehabis sholat ashar. Kemudian memberikan ceramah kepada ibu-ibu setelah sholat magrib hingga datang waktu isya. " Kalau pagi hingga siang hari hanya didalam madrasah, dan jarang keluar," imbuh Yari.
Rizal berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Sehingga tidak ada yang menaruh curiga kepadanya. Itu pula alasan warga tidak melaporkan keberadaannya. Termasuk Sapari, modin desa yang diduga terlibat, sehingga turut disergap Densus 88. "Semua orang senang. Tidak ada yang curiga. Rizal mengaji berdasarkan Al Quran dan Hadis. Tidak ada yang menyimpang," kata Suparti, adik Sapari.
Soni (25), anak pertama Sapari mengaku, tidak terlalu mengenal sosok Rizal, sebab ia jarang bertemu langsung. Selama Kakak kandung Anwar (23) itu bekerja di Kabupaten Malang, sehingga jarang pulang.
Meskipun demikian, Soni mengaku, sesekali pernah melihat Rizal mengoperasikan komputernya di ruangan tempat tinggalnya. Menurut penglihatannya, Rizal sedang nge-net (browsing internet).
"Orangnya tertetutup. Kalau tidak ada aktivitas paling ya di dalam madrasah. Kadang-kadang internetan," kata Soni. Karena di Desa Penjor jaringan telpon dan internet susah, Rizal mengakses internet menggunakan sebuah modem.
Dua minggu menjelang puasa ramadan, Rizal pamit pulang ke Gunung Kidul. Selama ditinggal Rizal, kegiatan ngaji dan ceramah itu berhenti.
Tiga hari yang lalu Rizal baru kembali. Dia membawa temannya yang bernama Dayat, terduga teroris yang ikut tewas dalam penyergapan Densus 88. Penampilan Dayat dengan rambut gimbal sempat membuat warga bertanya-tanya. Tetapi, kemudian Rizal berhasil meyakinkan jika dia teman satu pondok.
"Rizal kemari bersama temannya, Jumat lalu. Anaknya berambut gimbal. Katanya, teman satu pondok pesantren (ponpes). Kedatangan Rizal untuk berpamitan serta mengambil pakaiannya yang masih di madrasah. Alasannya akan meneruskan kuliah atau mondok," kenang Suparti.
Selama tiga hari berada di Desa Penjor, Dayat selalu bersama Rizal di dalam madrasah. Sehingga warga jarang melihatnya. " Kalau yang satunya itu, karena baru datang dan berada di dalam madrasah, hanya sebatas tahu saja," kata Mbah Yem.
Setelah mengemasi semua barang-barangnya, Rizal dan Dayat akhirnya berpamitan. Rizal datang ke rumah Sapari, pada Senin (22/7/2013) kemarin. Kemudian oleh Sapari diantar ke Tulungagung untuk mencari bus. Hingga akhirnya disergap oleh Densus 88.
sumber:beritajatim