Wujud Sakral Barong
Ada yang
mengisahkan, barong bermula dari pertarungan dua bangsawan sakti dari
Bali dan Blambangan. Mereka, Minak Bedewang dan Alit Sawung. Tanpa
penyebab jelas, keduanya terlibat pertarungan hebat. Mereka bertarung
tanpa henti hingga jangka waktu lama. Tak satu pun yang terluka.
Masing-masing menggunakan wujud sakti yang mengerikan, seekor harimau
besar dan burung garuda. Dua perwujudan ini bertarung dahsyat. Suaranya
menggelegar persis halilintar. Meski saling serang, kedua kesatria itu
tetap sama kuatnya. Hingga munculah suara aneh dari langit. Suara tanpa
rupa itu mengingatkan agar menghentikan pertempuran. Keduanya diminta
berdamai. Akhirnya, kedua wujud menyeramkan itu bersatu. Sejak itu,
masyarakat Using memiliki wujud barong sebagai simbol kebersamaan.
Diyakini, barong bisa mengusir pengaruh jahat,penyakit dan segala
bahaya. Hingga kini, tarian Barong dan barong sangat disakralkan.
Sebelum ditarikan, barong wajib diberi ritual khusus. Jika tidak, akan
berbahaya bagi penari dan warga sekitar. Barong juga tidak sembarangan
ditarikan. Ditarikan terutama untuk ider bumi atau selamatan desa. Nilai
mistis barong tetap dijaga. Mereka yang berhak menari barong adalah
orang pilihan alam.
Kesenian Barong Kemiren
Barong
Kemiren adalah kesenian asli dari Desa Kemiren,Glagah. Salah seorang
budayawan asli Kemiren, Andi (45), menuturkan barong Kemiren hasil
ciptaan asli warga Kemiren kuno. Namanya, Sanimah abad ke-16. Barong
kuno itu bentuknya jelek dan buruk rupa. Barong kuno itu kemudian
diwariskan kepada anaknya, Tompo ( Eyang Buyut Tompo/ Mbah Tompo ).
Selama
penjajahan Belanda, Tompo mengungsi ke kota sambil membawa barong. Di
kota, Tompo bertemu Sukip dan Win yang ahli membuat barong. Karena
terkesan, Tompo yang banyak memiliki uang meminta dua ahli barong itu
untuk membuatkannya. Lahirlah barong baru yang lebih bagus. Usai
perjuangan perang melawan Belanda, Tompo kembali ke Kemiren sambil
membawa barong barunya. Sejak itu, barong memasyarakat di Kemiren.
Barong Tompo kemudian diwariskan ke Surtaman dan Samsuri. Dari sinilah
kesenian Barong tumbuh hingga sekarang.
Lain
lagi halnya menurut penuturan Sucipto tentang barong Kemiren, pada
sekitar tahun 1647 Mbah Tompo bermimpi diminta membuat barong. Bersama
temannya, Mbah Soeb, keduanya melaksanakan perintah dalam mimpi itu.
"Anehnya, ketika membuat barong, tangan mereka seperti ada yang
menggerakkan. Jadilah bentuk barong seperti barong yang dikenal
sekarang," tutur Ketua Barong Tresno Budoyo ini. Barong yang dibuat Mbah
Tompo dan Soeb inilah yang terus dipakai sampai sekarang. Diperkirakan
usia barong sekitar 361 tahun. Meski usianya sudah berabad-abad, fisik
barong tetap utuh. Barong ini harus disimpan oleh keturunan Mbah Tompo,
yang sekarang sudah sampai pada generasi keempat. Konon saat itu ada
cerita lain lagi, di desa Kemiren ada pertunjukan Seblang yang
dimainkan Embah Sapua. Ketika penari seblang kesurupan, terjadilah
dialog dengan Eyang Buyut Tompo
agar pementasan seblang dipindah ke desa Ole-Olean ( Olehsari ),
sedangkan di desa Kemiren dipentaskan seni barong. Sejak saat itu ada
ketentuan yang harus dipegang teguh oleh masyarakat, yakni masyarakat
Desa Kemiren tidak diperkenankan mementaskan seblang, dan sebaliknya
masyarakat Olehsari tidak boleh mementaskan barong. Seni Barong yang
diciptakan Buyut Tompo ini didasari oleh leluhur masyarakat Kemiren, Eyang Buyut Cili,
yakni tokoh yang dimitoskan dan dianggap sebagai danyang atau penjaga
desa Kemiren. Oleh karenanya setiap pementasan, yakni tatkala barong
mengalami kesurupan yang masuk/merasuki adalah Eyang Buyut Cili.
Dalam Pesta Perkawinan
Sudah
menjadi kewajiban bagi masyarakat setempat menanggap barong Kemiren
dalam hajat apa pun. Dengan menanggap barong, sang pengantin berharap
rumah tangganya selalu bahagia dan mendapat banyak keberuntungan.
Masyarakat Kemiren pun menjadikan acara ini sebagai hiburan yang tak
pernah lekang.
Saat
prosesi biasanya barisan macan-macanan berada di depan barong, di
belakang barong, sepasang pengantin duduk di atas kereta kuda.
Iring-iringan diarak berkeliling desa dan berakhir di rumah sang
pengantin. Tontonan ini disebut arak-arakan Barong Kemiren, yang
ditanggap dalam hajat perkawinan tradisional di desa yang berjarak 6
kilometer dari Kota Banyuwangi itu..
Barong
Kemiren bisa juga ditanggap semalaman suntuk. Dengan tiga tahap cerita,
barong dimainkan . Barong Kemiren tak sekadar menjadi kesenian yang
ditanggap untuk menghibur. Oleh warga desa, yang sebagian besar petani,
barong sangat disakralkan karena dipercaya memiliki kekuatan magis arwah
nenek moyang.
Upacara Bersih Desa
Pemangku
adat Desa Kemiren, Serad, bercerita, barong dipakai dalam upacara
bersih desa, yang dilakukan setiap setiap tanggal 2 Syawal atau Lebaran (
idul Fitri ) kedua, yang disebut upacara Idher Bumi. Barong dengan
tabuhan gamelan mengelilingi desa dan ditutup dengan makan bersama di
sepanjang jalan desa.
Dalam
acara Ider Bumi ada empat jenis tarian Barong yang ditampilkan dan
mempunyai cerita sendiri-sendiri. Keempat jenis Barong tersebut adalah
Barong Tua, Barong Remaja, Barong anak-anak dan Barongsai. Keempat jenis
Barong adalah sebagai lambang generasi-generasi yang menghuni desa
Kemiren. Diikutkannya Barongsai
dalam acara tersebut karena di desa Kemiren yang terkenal dengan
Kampung Using ternyata ada etnik lain yang menghuninya, yaitu Tionghoa.
Acara serupa dilaksanakan setiap tanggal 1 bulan Haji dengan membuat seribu tumpeng atau dikenal dengan selamatan "Tumpeng Sewu".
"Ritual ini sebagai ucapan syukur masyarakat karena diberikan rejeki
berlebih," Serad menambahkan. Barong sebagai sarana ritual kesuburan
tampak pada makanan yang disajikan, yakni makanan hasil bumi, seperti
nasi tumpeng dan sayur, jajan pasar, pala kependhem, pala gumandhul, dan
pala kesimpar. Selain Ritual ini dilaksanakan untuk menghormati danyang
desa Kemiren agar kemakmuran desa tetap terjaga dan terjauhkan dari
bencana.
Tersebutlah
riwayat 20 tahun lalu. Upacara ini pernah ditinggalkan karena hujan
lebat. Beberapa hari kemudian, istri salah satu ahli waris barong
kesurupan. Ia berteriak-teriak marah karena Idher Bumi tidak digelar.
Tidak lama kemudian, bayi wanita itu meninggal. "Kami takut kalau sampai
ritual Idher Bumi tidak digelar," kata Serad.
Kesakralan
Barong juga dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Obat diambilkan
dari kemenyan yang dibakar di bawah tubuh barong, lalu dilarutkan dalam
air, yang dipercaya bisa mengobati berbagai penyakit, mulai buta hingga
sakit perut.mulai pukul 21.00 sampai 06.00 keesokan harinya.